Selasa, 26 April 2011

ACCELERATED LEARNING (PEMBELAJARAN PERCEPATAN)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka saat ini memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa depannya yang lebih baik. Keadaan ini juga memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi alam yang kompetitif.
Sejalan dengan itu, dalam bidang pendidikan, paradigma belajar sepanjang hayat semakin mengemuka dan menjadi penting; diyakini tanpa belajar manusia akan tertinggal. Ketika dunia berubah sangat cepat, adalah penting untuk mengikuti laju perubahan dunia yang demikian. Hal ini berarti kecepatan perubahan laju dunia menuntut kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan yang setara untuk menganalisis setiap situasi secara logis, sehingga mampu memecahkan masalah secara kreatif. Untuk menguasai perubahan yang berlangsung cepat dibutuhkan pula cara belajar cepat, dan kemampuan menyerap serta memahami informasi baru dengan cepat pula. Konsep belajar dan pembelajaran nampaknya harus pula berubah. Pada saat laju perubahan ibarat prahara yang selalu menantang, pengajaran dan cara belajar tradisional sulit dipertahankan.
Pasti kita pernah dengar program akselerasi dan apa sih akselerasi itu, suatu program pelajaran untuk mempercepat anak yang mempunyai daya tangkap yang lebih dalam belajar. Program ini kemudian mendapat respon yang positif bagi orang tua yang mengiginkan anaknya lebih cepat pintar. Tetapi belakangan mendapat dampak yang sedikit mengkhawatirkan.
Program akselerasi pelajaran adalah percepatan pelajaran bagi peserta didik yang cerdas. Yang melampaui usianya. Misalnya seharusnya seorang peserta didik mendapatkan pelajaran di usia yang lebih tua tetapi dengan kecerdasannya yang melalui ujian tertentu dan proses pendidikan akselerasi dianggap mampu menyelesaikan pelajaran yang harusnya diberikan pada anak beberapa tahun lebih tua dari padanya. Contohnya anak kelas tiga SD setelah melalui program akselerasi anak tersebut mungkin memenuhi syarat untuk diberikan pelajaran kelas lima atau kelas enam SD. Menurut para Ahli (Hawadi, Reni Akbar, DR—2004.)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dasar akselerasi?
2. Bagaimana Ulasan mengenai akselerasi pembelajaran?
3. Bagaimana Strategi akselerasi dalam proses pembelajaran?
4. Bagaimana Implementasi accelerated learning dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mahasiswa mampu Mengetahui Konsep dasar akselerasi?
2. Mahasiswa mampu Mengetahui Ulasan mengenai akselerasi pembelajaran?
3. Mahasiswa mampu Mengetahui Strategi akselerasi dalam proses pembelajaran?
4. Mahasiswa mampu Mengetahui Implementasi accelerated learning dalam proses pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Belajar Akselerasi
Konsep cara belajar cepat diawali oleh pandangan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl tentang adanya beberapa hal yang menjadi karakteristik tahun-tahun terakhir yang penuh pancaroba dari millenium II yang baru lalu. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh setiap orang tua, pendidik, pelaku bisnis dan pemerintahan. Keberhasilan pada abad mendatang akan bergantung pada sejauhmana seseorang dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk menguasai kecepatan, kompleksitas, dan ketidakpastian yang saling berhubungan satu sama lain. Perubahan dunia yang begitu cepat menuntut kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat menuntut kemampuan yang sesuai untuk menganalisis setiap situasi secara logis dan memecahkan masalah secara kreatif. Prioritas utama bagi lembaga pendidikan adalah mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara belajar dan bagaimana cara berpikir. Hanya dengan dua ketrampilan super inilah seseorang dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas serta menjadi manusia yang secara ekonomi tidak bergantung dan tidak akan menganggur pada abad ini. Kedua keterampilan tersebut akan menghasilkan kemandirian dan kepercayaan diri. Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengelola cara belajar sejak dini, untuk menguasai informasi, dan untuk mengetahui bagaimana menggunakan informasi tersebut guna menghasilkan produk-produk dan jawaban-jawaban kreatif terhadap berbagai masalah. Semua hal tersebut berimplikasi pada kebutuhan mendesak akan keharusan melakukan suatu perubahan, baik dalam apa yang dipelajari dan bagaimana ia mempelajari. Belajar menjadi sangat penting karena ketika seseorang mempelajari methode belajar yang baik, maka kepercayaan dan keyakinan dirinya akan meningkat. Ketika seseorang mempelajari methode belajar yang baik, maka akan memperoleh kemampuan dasar untuk menjadi pembelajar (student) yang mampu mengatur diri, dan kemampuan dasar untuk meningkatkan pengembangan pribadi. Selain itu juga akan memiliki kekuatan untuk berubah dari konsumen pendidikan yang pasif menjadi pengelola pembelajaran dan kehidupan yang aktif bagi diri sendiri.
Menurut Colin dan Malcolm, belajar bukan hanya untuk mengetahui jawaban-jawaban, juga bukan sekedar untuk mengetahui penggalan dari suatu batang tubuh pengetahuan. Belajar juga tidak hanya diukur dengan indeks prestasi dan nilai ujian saja. Akan tetapi belajar adalah petualangan seumur hidup, perjalanan eksplorasi tanpa akhir untuk menciptakan pemahaman personal. Petualangan tersebut haruslah melibatkan kemampuan untuk secara terus menerus menganalisis dan meningkat cara belajar, serta kemampuan menyadari proses belajar dan berpikir diri sendiri. Belajar haruslah dimulai sedini mungkin dan terus berlangsung seumur hidupnya, serta mengimplementasikan apa yang dipelajari.
Seseorang akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan ketika orang tersebut mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasannya yang paling kuat. Hal tersebut disebabkan karena sebagian orang mungkin kurang mampu dalam suatu jenis kecerdasan. Akan tetapi karena gabungan dan paduan khusus keterampilan yang dimilikinya, dia mungkin mampu mengisi dengan baik beberapa kekurangannya secara baik.Tapi umumnya semakin baik seseorang mengembangkan kecerdasannya yang lain, maka akan semakin luwes orang tersebut memenuhi tantangan dalam kehidupan yang luas aspeknya.
Metode belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa masing-masing individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang paling alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat, itulah alasan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl menyebutnya cara belajar cepat.
Dan ketika para guru bekerja dalam urutan langkah-langkah tersebut, maka mereka akan merasakan bahwa itu menyenangkan, efektif, dan cepat.
Kecerdasan hanyalah sehimpunan kemampuan dan ketrampilan. Seseorang dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasannya dengan belajar menggunakan kemampuannya sendiri secara penuh. Strategi Cara Belajar Cepat akan memberikan “sarana usaha” untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan ini. Dan berikut ini penulis akan memaparkan lebih jauh beberapa strategi cara belajar cepat.
B. Ulasan Akselerasi
Belajar merupakan suatu proses internalisasi pengetahuan dalam diri individu. Aktivitas belajar akan berlangsung efektif apabila seseorang yang belajar berada dalam keadaan positif dan bebas dari tertekan (presure). Selama ini proses belajar yang berlangsung di sekolah maupun program-program pelatihan yang diselenggarakan cenderung berlangsung dalam suasana yang monoton dan membosankan.
Dalam kondisi ini guru hanya menuangkan ilmu pengetahuan kedalam kepala siswa yang berlaku pasif yang dikenal dengan istilah “pour and snoor”. Materi yang diajarkan hanya diceramahkan tanpa ada upaya untuk melibatkan potensi siswa untuk berfikir dan memberi respon terhadap pengetahuan yang ditransfer. Kadang–kadang aktivitas belajar disertai dengan ancaman yang membuat siswa cenderung mencari selamat. Aktivas belajar seperti ini, jelas tidak akan membuat pembelajar (learner) dapat menciptakan pengetahuan secara optimal.
Agar dapat mengatasi permasalahan tersebut banyak perubahan mendasar yang perlu dilakukan agar dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompentesi aktual. Perubahan mendasar yang perlu dilakukan mencakup penggunaan strategi dan metode pembalajaran yang dapat menjadikan proses belajar bukan lagi sebuah proses yang menakutkan tapi menjadi sebuah proses yang menyenangkan (fun) dan dapat membuat seseorang berkreasi dengan pengetahuan yang dipelajarinya.
Accelerated Learning sebagai cara untuk menciptakan aktivitas belajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan. Accelerated Learning merupakan pendekatan belajar yang lebih maju dari pada yang digunakan saat ini. Implementasi Accelerated Learning pada proses belajar di sekolah dapat memberikan beberapa keuntungan. Accelerated Learning didasarkan riset terakhir tentang perkembangan otak dan belajar. Saat ini Accelerated Learning digunakan dengan memanfaatkan metode dan media yang bervariasi dan bersifat terbuka serta fleksibel.
Bentuk Penyelenggaran
1. Program khusus, siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa bersama dengan siswa bekemampuan biasa.
2. Kelas khusus, siswa yang memiliki kemampuan luar biasa ditempatkan pada kelas khusus.
3. Sekolah khusus, siswa yang belajar di sekolah ini adalah mereka yang hanya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa
Ada banyak hal yang turut mendukung berhasil-tidaknya program ini. Yakni sarana dan prasarana termasuk di dalamnya guru dan buku. Pada kelas ini guru harus memiliki kualifikasi dan kemampuan khusus, berkualitas, berpengalaman, mendapat pelatihan dan selalu siap agar dapat menyesuaikan diri dengan siswanya.
C. Strategi Akselerasi
Strategi cara belajar cepat dalam Accelerated Learning merupakan paduan dari metode-metode yang dibagi menjadi enam langkah dasar yang dapat dingat dengan mudah dengan menggunakan singkatan M – A – S – T – E – R. Kata ini diciptakan oleh pelatih terkemuka Cara Belajar Cepat (CBC) Jayne Nicholl. Adapun pengertian dari M-A-S-T-E-R menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl adalah sebagai berikut:
1. M adalah Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Dalam memotivasi pikiran maka seseorang harus berada dalam keadaan pikiran yang “kaya akal”, Itu berarti harus dalam keadaan relaks, percaya diri dan termotivasi.
2. A adalah Aquiring The Information (Memperoleh Informasi)
Dalam belajar seseorang perlu mengambil, memperoleh dan menyerap fakta-fakta dasar subyek palajarran yang dipelajari melalui cara yang paling sesuai dengan pembelajaran inderawi yang disukai.
3. S adalah Searching Out the Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah fakta ke dalam makna adalah unsur pokok dalam proses belajar. Menanamkan informasi pada memori mengharuskan seseorang untuk menyelidiki makna seutuhnya secara seksama dengan mengeksplorasi bahan subyek yang bersangkutan.
4. T adalah Triggering the Memory (Memicu Memori)
Memori menjadi bersifat menetap atau semestara, sangat tergantung pada bagaimana kekuatan informasi “didaftarkan” untuk pertama kalinya pada otak. Itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk belajar dengan cara melibatkan indra pendengaran, penglihatan, berbicara dan bekerja, serta yang melibatkan emosi-emosi positif. Semua faktor tersebut membuat memori menjadi kuat.
5. E adalah Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa Yang Anda Ketahui)
Untuk mengetahui bahwa seseorang telah paham dengan apa yang dipelajarinya bisa dilakukan dengan beberapa teknik. Pertama, dengan menguji diri sendiri. Buktikan bahwa dia memang betul-betul telah mengetahui suatu subyek dengan pengetahuan yang mendalam, bukan hanya luarnya saja. Kedua, mempraktikkan apa yang dipelajari kepada teman atau sahabat.
6. R adalah Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan Bagaimana Anda Belajar)
Seseorang perlu merefleksikan pengalaman belajarnya, bukan hanya pada apa yang telah dipelajari, tetapi juga pada bagaimana mempelajarinya. Dalam langkah ini seseorang meneliti dan menguji cara belajarnya sendiri. Kemudian menyimpulkan teknik-teknik dan ide-ide yang terbaik untuk diri sendiri. Mengkaji dan merenungkan kembali pengalaman belajar dapat membantu mengubah karang penghalang yang keras menjadi batu pijakan untuk melompat ke depan. Sekali bisa mempelajari kombinasi personal kecerdasan dan cara belajar yang disukai, maka potensi belajar akan terbuka lebar-lebar. Pemantuan diri, evaluasi diri dan introspeksi terus-menerus adalah karakteristik kunci yang harus dimiliki pembelajar yang punya motivasi diri.
D. Implementasi Accelerated
Implentasi Accelerated Learning dalam aktivitas belajar dan pelatihan memerlukan adanya perubahan yang bersifat sistemik dan holistik. Perubahan secara mendasar perlu dilakukan karena kondisi pendidikan saat ini sudah sangat bersifat mekanistik yang disebabkan oleh terlalu lamanya pendekatan behavioristik digunakan. Pendekatan behavioristik telah meracuni proses pendidikan selama ini karena hanya merupakan pabrik yang menghasilkan robot-robot yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Adapun persiapan dalam implementasi Accelerated Learning adalah sebagai berikut :
• Get learners out of a passive or resistant mental state (Menyiapkan mental siswa menjadi aktif).
• Remove learning barriers (Menghapus hambatan-hambatan dalam belajar).
• Arouse learners’ interest and curiosity (Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa).
• Give learner positive learning about, and a meaningful relationship with, the subject matter (Membuat siswa berfikir prositif tentang materi pelajaran)
• Create active learners who inspired to think, learn, create, and grow – (Ciptakan siswa yang aktif yang dapat berfikir dan mencipta)
• Get people out of isolation and into a learning community – Buat siswa keluar dari isolasi dan ajaklah mereka melihat masyarakat disekitar
 Langkah-langkah lain Pembelajaran Akselerasi
Ada enam langkah menurut Collin Rose disingkat dengan KUASAI.
K = Kuasai pikiran untuk sukses.
U = Uraikan faktanya.
A = Apa maknanya.
S = Sentakkan ingatan.
A = Ajukan yang diketahui.
I = Instrospeksi
 Manfaat Implementasi Accelerated Learning
• Ignite your creative imagination (menciptakan imajinasi kreatif siswa)
• Get learner totally involved (membuat siswa terlibat total)
• Create healthier learning environments (menciptakan lingkungan belajar yang sehat)
• Speed and enhance learning (mempercepat dan memperkaya belajar)
• Improve retention and job performance (meningkatkan daya ingat dan performa)
• Speed the design process (memepercepat proses rancangan belajar)
• Build effective learning communities (membangun masyarakat belajar yang efektif)
• Greatly improve technology-driven learning (meningkatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran)
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Menurut Colin dan Malcolm, belajar bukan hanya untuk mengetahui jawaban-jawaban, juga bukan sekedar untuk mengetahui penggalan dari suatu batang tubuh pengetahuan. Belajar juga tidak hanya diukur dengan indeks prestasi dan nilai ujian saja. Akan tetapi belajar adalah petualangan seumur hidup, perjalanan eksplorasi tanpa akhir untuk menciptakan pemahaman personal.
Accelerated Learning sebagai cara untuk menciptakan aktivitas belajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan. Accelerated Learning merupakan pendekatan belajar yang lebih maju dari pada yang digunakan saat ini.
Strategi cara belajar cepat dalam Accelerated Learning merupakan paduan dari metode-metode yang dibagi menjadi enam langkah dasar yang dapat dingat dengan mudah dengan menggunakan singkatan M – A – S – T – E – R. Kata ini diciptakan oleh pelatih terkemuka Cara Belajar Cepat (CBC) Jayne Nicholl. Adapun pengertian dari M-A-S-T-E-R menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl.
Langkah-langkah lain Pembelajaran Akselerasi
Ada enam langkah menurut Collin Rose disingkat dengan KUASAI.
K = Kuasai pikiran untuk sukses.
U = Uraikan faktanya.
A = Apa maknanya.
S = Sentakkan ingatan.
A = Ajukan yang diketahui.
I = Instrospeksi
Daftar Pustaka
http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/pembelajaran-akselerasi-accelerated-learning/20/04/2011
http://apa-adanya.blogspot.com/2007/11/permasalahan-program-pembelajaran.html20/04/2011
http://www.maziatul.com/2009/03/pembelajaran-akselerasi-accelerated.html20/04/2011
http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/06/kontribusi-strategi-kognitif-dalam-akselerasi-pembelajaran/20/04/2011
http://uin-suka.info/ejurnal/index.php?option=com_content&task=view&id=74&Itemid=5220/04/2011

Sabtu, 23 April 2011

MEDIA SEDERHANA SEBAGAI ALAT PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana pada kesempatan ini telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan makalah ini guna memehuni tugas mata kuliah.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan yang benar kepada kita semua.
Pada kesempetan ini penulis ucapkan terima kasih kepada:
= Bapak Mukani, M.Pd.I selaku pembimbing dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita walaupun sedikit bagi para pembaca, dikarenakan makalah ini juga masih banyak kekurangannya.
Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.




Jombang, 10 April 2011

Penulis


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya.Proses belajar itu terjadi karna interaksi antara seorang dengan lingkunganya.Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.Salah satu pertanda bahwa seorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,ketrampilan atau sikapnya.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang penting,karna dalm kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang di sampaikan dapat di Bantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.kerumitan bahan yang akan disamaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru menyampaikan pelajaran melalui kata-kata atau kalimat tertentu,bahkan ke abstrakan bahan dapat di konkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian,anak didik lebih mudah mencerna dengan bahan dari pada tanpa bantuan media .
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.para guru di tuntut agar mampa menggunakan alat-alat yang dapat di sediakan oleh sekolah,dan –tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangandan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat mengunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.Disaamping mampu mengunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran meskipun hanya media sederhana.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari media sederhana ?
2. Bagaimana cara membuat media sederhana ?
3. Bagaimana penggunaan media sederhana ?
4. Bagaimana perawatan media sederhana ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari media sederhana
2. Mahasiswa mampu membuat media sederhana
3. Mahasiswa mampu menggunakan media sederhana
4. Mahasiswa mampu perawatan media sederhana

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Media Sederhana
Media tidak selalu identik dengan mahal karena media dapat di lihat berdasarkan bahan pembuatanya yaitu media kompleks, yang identik dengan mahal dan media sederhana (simple media) yang tidak memerlukan biaya mahal.
Media sederhana merupakan media yang bahan dasarnya mudah di peroleh,harganya murah,pembuatannya mudah,dan penggunaannya tidak sulit.
Kelompok Media Sederhana
Kalau kita kreatif ada berbagai benda yang ada dilingkungan kita yang bisa dijadikan sebagai media sederhana demi tercapainya tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa kelompok media sederhana, yaitu:
1) Gambar diam, grafis, display, relia, poster ,chart,dan strip story.
a. Gambar diam
Gambar media diam terdiri dari foto, gambar, peta, dan sebagainya. Untuk dapat membuat sendiri media gambar berupa foto dengan memotret. Untuk membuat peta berukuran besar dengan memperbesar peta yang sudah ada, dan membuat gambar kita dapat menggambar sendiri.
b. Grafik
Secara fisik bentuk grafik dan chat hampir sama akan tetapi grafik hanya menyajikan bentuk visual dari sejumlah angka. Angka-angka tersebut diwakili oleh bentuk visual, misalnya berupa garis, gambar orang, gambar binatang, dan lain-lain.
c. Display
Bulletin board adalah media display yang sifatnya umum, maksudnya media yang berisi pesan baik untuk kelompok orang maupun populasi. Bulletin board dapat berisi berita, pengetahuan, pesan singkat, dan sebagainya. Bulletin board banyak digunakan untuk pengetahuan sederhana hampir sama dengan majalah dinding. Secara fisik bulletin board adalah suatu bidang datar dengan berbagai ukuran dan bentuk (persegi panjang) yang dapat dit……paku payung.
d. Relia
Media relia adalah benda nyata, yang tidak harus dihadirkan di ruang kelas tetapi siswa dapat melihat langsung ke objek, sehingga dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa.
Contoh: – Mempelajari keanekaragaman mahluk hidup.
e. Poster
Poster adalah media yang bersifat persuasif yang bermaksud menarik perhatian dengan menyatukan gambar, warna, tulisan, dan kata-kata.
f. Chart
Chart merupakan presentasi berupa gambar grafis yang menginformasikan hubungan-hubungan. Misalnya: kronologis, jumlah, dan hierarki.
g. Strip story.
Strip story adalah potongan-potongan kertas yang sering di gunakan dalam pengajaran bahasa asing. Misalnya: potongan kertas yang bertuliskan potongan ayat ayat suci Al Qur’an.

B. Cara Membuat Media Sederhana ( Strip Story ).
1. siapkan kertas karton,alat alat tulis,gunting dll.
2. pilih salah satu ayat Al Qur’an yang bersambung dan rapih,yang kirakira dapat di bagi rata-rata ayatnya kepada siswa.
3. Ayat-ayat tersebut ditulis dengan jelas di kertas karton agak tebal.
4. Lembaran ayatayat itu di potong-potong menjadi satu kerpingan kertas untuk satu ayat (sebagaian dari satu ayat).

C. Penggunaan media sederhana ( Strip Story ).
1) Potongan-potongan kertas yang beririsi ayat-ayat itu di bagikan secara acak kepada siswa.
2) Guru meminta siswa menghafal di luar kepala ayat -ayatnya
3) Lembaran ayat-ayat itu dipotong-potong menjadi satu kepingan kertas/karton untk satu ayat (atau sebagian dari satu ayat). Catatan. Apabila jumalah siswa banyak, ayat itu dapat ditulis beberapa kali atau difotokopi) dan kemudian siswa dibagi per firqah. Setiap satu firqah dapat dipotong-potong yang materinya sama dengan firqoh lainnya.
4) Potongan-potongan kertas/karton yang berisi ayat itu dibagikan secara acak kepada siswa.
5) Guru meminta siswa menghafal di luar kepala ayat-ayatnya dalam sekejab (satu-dua menit). Siswa-siswa dilarang menulis apa-apa atau memperlihatkan kepada siswa lainnya.
6) Guru meminta siswa agar kertas/karton mereka dikumpulkan kembali. (ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat berpartisipasi aktif untuk mengahasilkan suatu sambungan ayat yang teratur dan benar sesuai dengan Al-Qur’an).
7) Guru duduk dan tetap diam (kelas diharapkan jadi tenang ± 1-2 menit).
8) Guru meminta siswa untuk berdiri dari tempat duduknya. (Untuk kelas besar, murid dapat dibagi ke dalam kelompok kecil). Kelompok ini dapat dibentuk dengan berdasarkan kepada “kesamaan (potongan) ayat yang telah diperoleh”, atau “berdasarkan urutan kesatuan ayat-ayat yang membentuk satu surah dalam Al Qur’an.
9) Setelah menentukan cara atau dasar pengelompokan, siswa akan berusaha mencari siswa yang akan bergabung dalam kelompoknya. Apabila memilih cara yang pertama berdasarkan kesamaan ayat yang diperoleh) maka langkah berikutnya adalah menggabungkan seorang siswa yang masing-masing kelompok ke dalam satu kelompok baru. Dengan demikian kelompok ke dalam satu kelompok baru tersebut telah memiliki semua potongan surat (ayat-ayat) Al Qur’an yang akan disusun.
10) Dengan bergabungnya siswa dalam kelompok itu, mereka sudah dapat mulai menyusun ayat-ayat itu secara berurutan. Siswa secara bergiliran akan menyebut ayat yang dihafalnya. Dengan demikian, mereka dapat mengidentifikasi mufradat dan memahami ayat itu. Guru dapat mengamati keterlibatan secara aktif setiap siswa dalam menyempurnakan urutan ayat-ayat. Itu.
11) Setelah setiap kelompok menentukan urutan ayat yang benar dan disetujuan oleh masing-masing anggota kelompoknya, guru dapat menugaskan kelompok-kelompok itu agar masing-masing individu anggota kelompok secara berurutan menyebut ayat yang dihafalkan sehingga berbentuk rangkaian ayat yang teratur.
12) Setelah tugas-tugas itu dilakukan oleh siswa, guru sebaiknya memperlihatkan ayat-ayat yang utuh pada karton yang agak lebar.
D. Pemeliharaan Media Sederhana
Dalam menyimpan dan memelihara media sederhana akan timbul berbagai masalah yang disebabkan oleh keanekaragaman media sederhana yang ada. Oleh karena itu perhatian khusus harus diberikan pada faktor kerusakan, kehilangan, keamanan, dan lain-lain. Selanjutnya, yang juga harus mendapat perhatian karena bisa menjadi penyebab utama kerusakan media sederhana adalah terkena air (hujan), dan terkena debu yang sangat tebal sehingga menyebabkan jelek dan kusut dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Media sederhana merupakan media yang bahan dasarnya mudah di peroleh, harganya murah, pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
Siapkan kertas karton, alat tulis, gunting. Lalu pilih salah satu ayat Al Qur’an yang bersambung dan rapih, yang kira-kira dapat di bagi rata ayatnya kepada siswa. Lalu ayat-ayat tersebut ditulis dengan jelas di kertas karton agak tebal. Lalu lembaran ayat-ayat itu di potong-potong menjadi satu kerpingan kertas untuk satu ayat (sebagaian dari satu ayat).
untuk menggunakan media sederhana Antara lain Potongan-potongan kertas yang beririsi ayat-ayat itu di bagikan secara acak kepada siswa. Guru meminta siswa menghafal di luar kepala ayat -ayatnya dll.
Menyimpan dan memelihara media sederhana akan timbul berbagai masalah yang disebabkan oleh banyaknya keanekaragaman media sederhana yang ada. Oleh karena itu perhatian khusus harus diberikan pada faktor kerusakan, kehilangan, keamanan, dan lain-lain.


Daftar Pustaka
Arsyard, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Press.
Munadi, Yudi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
http://aritmaxx.wordpress.com/2010/03/28/unsur-unsur-visual-media-sederhana/

Senin, 14 Maret 2011

EVALUASI DALAM PSIKOLOGI BELAJAR sII

BAB II
PEMBAHASAN
EVALUASI DALAM PSIKOLOGI BELAJAR

A. PENGERTIAN DAN OBJEK EVALUASI
Aktivitas belajar, perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Melalui evaluasi, dapat diketahui kemajuan-kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan penting mengenai apa yang telah diperoleh da diketahui anak, serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya.
Istilah evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran. Keduanya memang ada kaitan yang erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata, pengertian pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara-cara lain. Sedangkan pengertian evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran meupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.
Kaitan antara evaluasi dan pengukuran, dijelaskan oleh Nasrun Harahap, dna kawan-kawan sebagai berikut :
Pengukuran dan evaluasi mempunyai hubungan yang erat. Evaluasi memberikan petunuk pada bidang-bidang mana diperlukan measurement (pengukurang), sebaliknya evaluasi tidak mungkin dilakukan tanpa pengukuran. Pengukuran dilakukan atas keterampilan, kesanggupan dan acheevement tiap individu atau kelompok.
Evaluasi dilaksanakan berkenaan dengan situasi sesuatu aspek dibandingkan dengan situasi aspek lain akhirnya terjadilah suatu gambaran yang menyeluruh yang dapat dipandang dari berbagai segi. Evaluasi juga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan situasi sekarang dengan atau situasi yang sudah lewat.
Apa yang menjadi objek evaluasi? Evaluasi yang sempurna tidak hanya berobjek pada aspek kecerdasan, akan tetapi mencakup seluruh pribadi anak dalam seluruh situasi pendidikan yan gdialaminya.
Apapun aspek-aspek kepribadiannya yang harus diperhatikan dan merupakan objek di dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, menurut Nasrun Harahap, dkk. Adalah berikut ini.
1. Aspek-aspek tentang berpikir, meliputi : inteligensi, ingatan, cara menginterprestasikan data, pokok-pokok pengerjaan, pemikiran yang logis dan lain-lain.
2. Dari segi perasaan sosialnya, meliputi : kerjasama dengan kawan sekelasnya, cara bergaul, cara pemecahan masalah serta nilai-nilai sosial, cara mengatasi dan menghadapi serta cara berprestasi dalam kehidupan sosial.
3. Dari kekayaan sosial dan kewarganegaraan meliputi : pandangan hidup atau pendapatnya terhadap masalah-masalah sosial, politik, dan ekonomi.
Aspek-aspek tersebut masih dapat dirinci ke dalam hal-hal yang lebih khusus yang disesuaikan dengan keperluasn atau tujuan penilaian.

B. TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L.Pasaribu dan Simanjuntak, menegaskan bahwa :
1. Tujuan umum dari evaluasi adalah sebagai berikut.
 Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharpkan.
 Memungkinkan pendidik/guru menulai aktibitas/pengalaman yang pahit.
 Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
2. Tujuan khusu dari evaluasi adalah sebagai berikut ini.
 Merangksang kegiatan siswa
 Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
 Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
 Memperoleh bahwa laporan tntang perkembangan siswa yang diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan
 Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode belajar.
Selanjutnya dilihat dari pelaksannaanya evaluasi mempunyai tiga prinsip pokok, yaitu berikut ini.
a) Prinsip keseluruhan
b) Prinsip kontinuitas
c) Prinsip objektivitas

Fungsi Evaluasi :
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, evaluasi mempunyai fungsi yang amat penting, yaitu berikut ini.
1. Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
2. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas serta penentuan lulus tidaknya seorang murid.
3. Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimikiki oleh murid.
4. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecah kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.

C. JENIS-JENIS EVALUASI
Biasanya evaluasi dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu evaluasi formatif, sumatif, placement, dan diagnostik. Keempat jenis evaluasi tersebut, secara singkat akan dibahas dari segi fungsi, tujuan aspek yang dinilai dan waktu pelaksanaanya.
1. Evaluasi Formatif
a) Fungsi : untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik, atau memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan.
b) Tujuan : untuk mengetahui hingga dimana penguasaan murid tentang bahan yang telah diajarkan dalam suatu program satuan program.
c) Aspek-aspek yang dinilai : yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid, meliputi : pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah disajikan.
d) Waktu pelaksanaan: setiap akhir pelaksanaan satuan program belajar mengajar.
2. Evaluasi Sumatif
a) Fungsi: untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti progrma pengajaran dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun unit pendidikan. Di samping itu, untuk memperbaiki situasi proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik serta untuk kepentingan penilaian selanjutnya.
b) Tujuan: untuk mengetahui taraf hasil beljar yng dicapai oleh murid setelah menyelesaikan program bahan pengajaran dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun atau akhir suatu program bahan pengajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.
c) Aspek-aspek yang dinilai: aspek yang dinilai ialah kemajuan belajar, meliputi: pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentan materi pelajaran yang sudah diberikan.
d) Waktu pelaksanaa: akhir caturwulan, semester, atau akhir tahun.
3. Evaluasi Placement (penempatan)
a) Fungsi: untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditepatkan pada posisinya yang tepat.
b) Tujuan: untuk menentukan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan serta keadaan-keadaan lainnya, sehingga anak tidak menalami hambatan dalam mengikuti setiap program/bahan yang disajikan guru.
c) Aspek-aspek yang dinilai: meliputi: keadaan fisik, psikis, bakat, kemampuan/pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anak selanjutnya.
d) Waktu pelaksaan: penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti proses belajar mengajar yang permulaan. Atau anak tersebut baru akan menikuti pendidikan di suatu tingkatan tertentu.
4. Evaluasi Diagnostik
a) Fungsi: untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. Dan bagaimana usaha untuk memecahkannya.
b) Tujuan: untuk mengatasi/membantu pemecahan kesulitan atau hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar pada suatu bidang studi atau keseluruhan program pengajaran.
c) Aspek-aspek yagn dinilai: hasil belajar, latar belakang kehidupan anak, keadaan keluarga, lingkungan, dan lain-lain.
d) Waktu pelaksanaan: dapat dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

D. TEKNIK EVALUASI
Dalam pelaksanaanya, evaluasi dapat ditempuh melalui dau cara, yaitu: teknik tes dan non-tes.
1. Teknik tes
Teknik tes dapat berbentuk:
 Tes tertulis,
 Tes lisan, dan
 Tes perbuatan
2. Teknik non-ters:
 Angket,
 Wawancara/interview
 Obsevasi
 Kuesioner atau inbertori

E. PERANAN PSIKOLOGI BELAJAR DALAM KEGIATAN EVALUASI
Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian terdahulu, bahwa psikologi belajar pada dasarnya adalah membicarakan aspek-aspek psikologi yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, sedangkan evaluasi belajar adalah suatu akativitas untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan belajar maka dapat dikatakan bahwa psikologi belajar akan mendasari segala kegiatan yang menyangkat evaluasi belajar.
Istilah “kegiatan” di sini mencakup hal-hal sejak dari:
 Persiapan, pelaksanaan samapai pada follow up.
 Penetapan tujuan
 Pemilihan jenis evaluasi
 Pemiliahan alat yagn digunakan dalam evaluasi, serta
 Penyusunan mater/ isi evaluasi itu sendiri.
Seorang evaluator yang memahami psikologi belajar akan senantiasa memperhitungkan aspek-aspek psikologi anak yang akan dievaluasi sejak dari persiapan sampai pada pelaksanaan dan tindakan lanjutnya.
Misalnya:
 Kepada anak umur berapa evaluasi diberikan
 Kepada anak yang bermental bagaimana
 Kepada anak kelas berapa
 Kepada anak yang berminat dalam bidang apa
 Kepada anak yang latar belakang keluarganya bagaimana, dan lain-lain.
Hal-hal tersebut ikut diperhitungkan dalam rangka kegiatan evaluasi.
Selanjutnya dalam follow un-nya pun aspek-aspek psikologi tersebut harus tetap diperhitungan. Misalnya:
Jika anak ternyata tidak berhasil dlaam mengikuti evaluasi, kita tidak akan cepat mengatakan bahwa si A adalah tolol, akan tetapi perlu dicari faktor-faktor penyebab sehingga anak tersebut gagal dalam mengikuti evaluasi. Mungkin karena materi/bobot evaluasinya tidak sesuai, barangkali kesehatan anak sedang terganggu dan sebagainya.
Sebalinya seorang evaluator yang tidak memahami pentingnya psikologi belajar, maka apa yang dilakukan dalam mengadakan evaluasi biasanya hanya bersandar pada keinginan semata-mata, tanpa memperhitungkan pada kemampuan anak maupun aspek-aspek lain yang semestinya diperhitungkan.
Oleh karena itu, terdapat dikatakan bahwa dengan psikologi belajar kita akan memiliki dan memilih menyusun evaluasi secara tepat, memilih dan menyusun evaluasi secara tepat, memilih dan menyusun program belajar-belajar secara tepat, dapat memperhitungkan kemungkinan faktor-faktor penghambatan dan penunjang belajar anak, serta dapat membantu membimbing dan mengatasi segala kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar. Pada gilirannya kita akan dapat mengarahkan pertimbangan dan perkembangan anak secara wajar dalam rangka mencapai tujuan hidup yang lebih baik.


reverensi:
Ahmad,Abu. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 2004
supriyono,Widodo. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 2004

Selasa, 04 Januari 2011

RESUM ASAS-ASAS KURIKULUM (Pengelolahan Kelas) KHOIRUL UMAM, smt 1

A. Pengertian dan Asas-asas Kurikulum
Kurikulum yagn semula berarti jarak yang harus ditempuh, kemudian menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus dilalui untuk mendapat ijazah.
Para ahli kurikulum “modern” cenderung memberikan pengertian yang lebih luas, sehingga meliputi kegiatan di luar kelas, bahkan juga mencakup segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kelakuan siswa, termasuk kebersihan kelas, pribadi guru, sikap petugas sekolah, dan lain-lain.
Kerikulum dapat dipandang dari berbagai segi, yakni, curriculum as a product, as a program, as intended learnings, as the experiences of the learner. Dapat pula kita memandangnya sebagai formal curriculum, ideal, real, actual curriculum atau potential learning experiences.
Ada kebaikan dan kelemahan pengertian kurikulum yang terlampau luas atau terlampau sempit. Hilda Taba memandang kurikulum sebagai “a plan for learning”.
Ada kecenderungan pengetian kurikulum meluas, karena banyak tugas yang sedianya oleh rumah tangga dan lembaga informasi lainnya dibebankan kepada sekolah.
Kurikulum senantiasa harus diubah Karena perubahan masyarakant akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan kurikulum berjalan kontinu kalau tidak mau ketinggalan zaman.
Karena adanya macam-macam difinisi kurikulum, tiap guru harus menentukan tagsirannya sendiri. Pilihannya itu akan mempengaruhi konsepsinya tentan tugasnya sebagai pendidikan. Ia dapat menganut pendirian yang tradisional atau progresif.
B. Asas-asas Filsafat
Filsafat ialah ilmu yang mencari kebenaran sampai akar-akarnya, jadi suatu kegitan intelektual. Dalam mengembangkan kurikulum biasanya dipandang sebagai system nilai-nilai.
Tujuan pendidikan ditentukan oleh filsafat suatu bangsa.
Walaupun setiap orang mengenal nilai-nilai, agar dapat dikatakan ia mempunyai fisafat nilai-nilainya itu harus merupakan suatu system, jadi konsisten dan saling berhubungan.
Dalam kurikulum sering tercantum tujuan-tujuan yang muluk-muluk tetapi belum tentu dapat direalisasikan. Jadi keadaan sekolah tidak member gambaran tentang keadaan yang sebenarnya.
Filsafat bangsa dan Negara dengan sendirinya menjadi tujuan pendidikan nasional serta harus pulan menjadi filsafat para pengembang kurikulum dan juga guru dalam pelaksanaanya.
Filsafat pendidikan harus menjadi “way of life” yang diterapkan dalam lingkuangan sekolah.
Tujuan pendidikan nasional sangat umum dnan masih perlu diuraikan menjadi tujuan institusional, kurikuler, tujuaninstruksional umum dan khusus.
Tujuan pendidikan kita didasarkan atas pancasila, UUD 1945, dan GBHN. Setiap guru harus mempunyai gambaran yang jelas tentang dasar-dasar pendidikan nasional itu, agar semua pelajaran diarahkan guna membentuk manusia yang dicita-citakan.
Untuk membentuk manusia seutuhnya harus diperhatikan aspek kognifig, afektif, dan psikomotor dalam segala tingkatannya.
Benjamin bloom membatnu dalam merumuskan tujuan yang lebih spesifik dalam ketiga ranah.
Hilda Taba mempersyaratkan agar dalam rumusan tujuan tercakup proses dan produk.
Herbert Spencer menganjurkan tujuan-tujuan yang relavan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Buah pikirannya itu masih berpenaruh sampai sekarang.
C. Asas Psikologi Kurikulum Dan Psikologis Belajar
Belajar pada umunya diartikan sebagia perubahan dalam kelakuan seseorang sebagi akibat pengaruh usaha pendidikan.
Ada berbagai-bagai teori belajar yang masing-masing mempunyai kebaikan dan kekurangan. Adanya kekurangan suatu teori belajar tidak berate kita harus mengabaikan seluruhnya.
Beberapa teori belajar yang terkenal ialah teori belajr menurut ilmu jiwa daya, teori asosiasi (termasuk conditioning), dan teori organismic (Gestalt atau Field theory).
Tiap teori belajar mempunyai anggapan tertentu mengenai transfer belajar.
Teori Asosiasi dikembangkan oleh Skinner dalam “belajar berprogrma” dan “teaching manchiners”.
Teori Gestalt mengutamakan prinsip keseluruhan mengutamakan prinsip keseluruhan, “insight” masalah, tujuan, pengalaman, minat.
Walaupun teori belajar berbeda-beda, namun ada prinsip-prinsip yang pada umumnya dapat diteima.
Teori belajar yang dianut berpengaruh terhadap kurikulum yang dibina. Teori ilmu jiwa daya mengutamakan latihan mental yang diperoleh melalui bahan pelajaran, teori asosiasi mengutamakan penuasaan bahan peljaran sendiri sedangkan teori Gestal mementingkan perkembangan pribadi anak dalam usaha memecah masalah-masalah yang dihadapinya dalam hidupnya.
Teori belajar juga mempengaruhi proses kegiatan mengajar-mengajar. Namun mengajar belum didukung oleh psikologi belajar yang diperkuat oleh eksperimentasi. Karena belajar dalam kelas banyak variable yang tidak dapat dikuasai, maka percobaan kebanyakan dapat dilakukan tentan belajar menurut asosiasi.
D. Asas Psikologis Anak
Pandangan tentang anak berubah secara radikal oleh Jean Jacques Rousseau. Sejak itu anak menjadi factor yang harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Banyak tokok pendidikan yang dipengaruhi olehnya.
Pendidikan harmonis mencakup perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor, atau perkembangan intelektuan, emosional, social dan fisik.
Anak merupakan keseluruhan dan bereaksi sebagai keselurhan terhadap lingkungannya.
Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari pada yang lain. Kurikulum hendaknya memperhitungkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin dapat berkembanga sesuai dengan bakatnya.
Walaupun tiap anak berdeda dengan anak lain, banyak pula persamaan antar mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.
Kurikulum yang semata-mata didasarkan atas kebutuhan dan minat anak yakni Child-centered curriculum dikatakan ekstrem karena anak selau berada dalam masyarakatnya dan tak dapat melepaskan diri dari tuntutan masyarakat.
Kebutuhan anak daprat ditinjau dari segi anak dan dari segi masyarakat. Kedua segi ini harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.
Abraham Maslow, Lous Raths, Earl Kelly mempunyai pandangan tertentu tentang kebutuhan anak.
Robert Havighusrt mempertemukan perkembangan individu dengan tentutan atau harapan masyarakat dalam konsep “developmentaltasks”.
Jean Piaget mengadkan studi yang mendalam tentang perkembangan intelektuan anak. Ia membedakan fase sensomotoris, fase pra-operasional, fase operasional kongkret, dan fase operasional formal.
Lawrence Kohlberg menggunakan pola Piaget untuk mempelajari perkembangan moroal pada anak.
Ada berbagai cara bagi guru untuk mempelajari anak.
E.Proses Perubahan Dan Perbaikan Kurikulum

F.Kurikulum Dan Masyarakat
Dalam masyarakat yang sederhana anak-anak banyak mempelajari hal-hal yang diperlukannya sebagai orang dewasa dalam masyarakat itu sendiri secara informal.
Dalam masa modern tugas pendidikanuntuk mempersiapkan anak agar dapat berdiri sendiri. Dibebankan kepada sekolah.
Masyarakat modern cepat berubah, sehingga banyak hal segera menjadi using. Pembaharuan keurikulum harus dilakukan secara kontinu.
Kurikulum bergantung pada fungsi sekolah dalam masyarakat, yakni apakah untuk mengawetkan kebudayaan dengan menyampaikannya kepada generasi muda, menubah masyarakat, ataukah mengembangkan individu. Ketiga fungsi itu sebenarnya tak perlu dipertentangkan, akan tetapi dapata dipertemukan. Namun selalu aka nada perbedaan tekanan.
Sekolah masyarakat sangat mengutamakan factor masyarakat dalam kurikulumnya.
Sekolah tak boleh berdiri terpisah dari masyarakat. Berbagai cara dapat dilakukan untuk membawa sekolah ke masyarakat dan sebaliknya.
Masyarakat merupakan sumber yang kaya bagi pengajaran di sekolah.
G.Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum menetukan bahan pelajaran, urutannya, dan cara menyajikan.
Bentuk kurikulum yang lebih “tua” dari yang lain ialah subject curriculum yang berpusat pada matapelajaran yang tersendiri-sendiri.
Sebagai reaksi terhadap apa yang dianggap kekurangan-kekurangan kurikulum ini timbul organisasi kurikulum yang lain seperti correlated curriculum dan integrated curriculum. Integraed curriculum dapat dibentukactivity curriculum, project curriculum atau experience curriculum, life curriculum, atau core curriculum.
Subject curriculum telah ada sejak zaman Yunani yang dilanjutkan oleh orang Romawi dalam bentuk trivium (gramatika, retorikam danlogika) dan quadrivium (arithmatika, geometrim, astronomi, dan music), keduanya dikenal sebagai “the Seven Liberal Arts”.
Pada abad pertengahan timbul mata pelajaran yang vokasional (teologi, kedokteran, hokum) dan kini telah terdapat ratusan macam mata pelajaran, termasuk yang dianggap non-akadimis.
Subject sebenarnya pengalaman umat manusia yang disusun secara logis sistematis.
Setiap bentuk kurikulum mempunyai kebaikan dan kekurangan. Kekurangan-kekurangan suatu kurikulum sering ditonjolkan oelh para penentangan ditinjau dari segi pendirian masing-masing.
Walaupun subject curriculum banyak dikecam, dan boleh dikatakan hamper tak ada yang memperjuangkannya, namun bentuk kurikulum masih sangat popular di mana-mana di dunia,terutama di Perguruan Tinggi.
Bentuk kerikulum yang lebih baru, yang juga banyak keuntungannya dan mempunyai ciri-ciri yang dapat mengatasi kelemahan subject curriculum, namun tidak dapat popularitas yang luas, antar lain, karena tidak dapat memberikan pengetahuan yang sistemati yang masih merupakan syarat bagi universitas dank arena guru tidak dipersiapkan untuk itu.
Metode yang diutamakan dalam integrated curriculum ialah metede “problem solving” atau metode ilmiah dengan menghadapkan siswa kepada masalah-masalah yang bermakna baginya.
Menjalankan interfrated curriculum tidak berarti menyampingkan subject sama sekali, melainkan memanfaatkannya secara fungsional dalam pemecahan masalah.
Subject curriculum dapat mengatasi kelemahannya dengan memanfaatkan kebaikan-kebaikan bentk kurikulum lainnya.
Core curriculum selalu mengenai pendidikan umum, walaupun tidak setiap bentuk pendidikan umum dapat diterima sebagai core curriculum. Core curriculum lebih mirip kepada kurikulum yang mengusahakan integrasi serta menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan murid atau masyarakat.
H.Menentukan Scope Dan Sequence Dalam Pembinaan Kurikulum
Dengan scope dimaksud luas atau ruang lingkup bahan pelajaran.
Kesuliatan dalam menentukan scope ialah
1)Sangat cepat bertambahnya pengetahuan
2)Tidak adanya criteria yang pasti tentang bahan pelajaran yang harus diberikan
3)Tidak memadainya matapelajaran tradisional
Sering matapelajaran baru, sedangkan mata pelajaran yang ada bercokol terus.
Dalam menentukan bahan pelajaran harus diadakan pilihan, atau seleksi, karena lauasnya bahan yang tersedia dan terbatasnya waktu belajar serta kemampuan anak.
Criteria dalam penentuan bahan ialah :
1)Tujuan
2)Nilai sebagai warisan
3)Penguasaan disiplin
4)Nilainya bagi kehidupan dalam masyarakat
5)Kebutuhan dan minat anak
Bahan pelajaran hendaknya jangan hanya meliputi pengetahuan melainkan juga keterampilan mental.
Aliran yang diadnut oleh Pembina kurikulum merupakan suatu factor dalam penentuan bahan pelajaran. Beberapa prosedur penentuan bahan pelajaran ialah
1)Menerima otoritas para ahli
2)Eksperimen
3)Analisis kegiatan
4)Consensus
5)Fungsi social
6)Persistent life situations
7)Kebutuhan pemuda
Menentukan scope kurikulum yang sucject centered lebih mudah daripada yang integrated. Yang terakhir ini lebih fleksibel.
Dengan “sequence” dalam pembinaan kurikulum dimaksud urutuan pengalaman belajar, yakni apaliba bahan itu harus diajarkan.
Penempatan bahan pelajaran berupa matapelajaran sudah jauh berbeda dengan sebelum perang Dunia II. Matematika yang dulu diajarkan di SMP, kini sudah mulia diberikandi kelas I SD.
Menurut J. Piaget berpendapat berdasarkan penelitiannya bahwa anak berusia tujuah tahun telah dapat berpikir logis dan formal.
Dalam menentukan sequence dapat diikuti dua pendekatan yaitu : -menyesuaikan bahan dengan anak, atau -menyesuaikan anak dengan bahan.
Factor-faktor dalam penentuan “sequence” ialah :
1)Taraf kesulitan bahan pelajaran
2)Apersepsi atau pengalaman yang telah ada
3)Kematangan anak
4)Usia mental
5)Minat anak
Sequence tidak hanya mengenai bahan pelajaran tetapi juga dalam proses belajar, yaitu langkah-langkah untuk mengembangkan konsep-konsep, sikap, kesanggupan berpikir.
I. Mengubah Kurikulum
Kurikulum berubah jika satu atau beberapa asas kurikulum beruba. Perubahan salah satu asas dapat membawa perubahan dalam keseluruhannya.
Menilai kurikulum dalam keseluruhannya sangat kompleks karena banyak factor yang mempengaruhi anak.
Untuk menilai kurikulum harus dinilai kompenen-kompenennya yaitu :
1)Tujuan
2)Bahan pelajaran
3)Pengalaman dankegiatan belajar
4)Organisasi kurikulum
5)Cara-cara evaluasi hasil belajar.
Tidak ada satu cara yang pasti untuk menjamin keserasian bahan pelajaran guna memcapai tujuan tertentu.
Tujuan matapelajaran yagn terlampau luas sukar dinilai.
Mengubah kurikulum banyak menemui rintangan karena melibatkan banyak manusia yang berkaitan oleh trasisi dan juga mempunyai “vested interest”. Dikatakan bahwa perubahan kurikulum berarti perubahan social.
Pada umumnya ada dua prosedur utama dalam perubahan kurikulum, yaitu apa yang disebut “administrative approach” dan “grassroots approach”
Tiap pendekatan mempunyai kebaikan dan kekurangannya. Admisnitrative approach didukung oleh seluruh aparatur pendidikan, biaya yang cukup, mengerahkan setiap tenaga ahli yang diperlukan, dan sebagainya. Dalam “grass roots approach” tidak ada koordinasi, karena bersifat tersendiri-tersendiri.
Beberapa cara yang khusus dalam perubahan kurikulum secara praktis ialah :
1)Pilot project
2)Membina kader
3)Memanfaatkan guru yang telah menguasai cara baru
4)Menyediakan alat pengajaran
5)Memperbarui buku pelajaran
6)Kerjasama antara sekolah dan universitas
7)Pembaharuan kurikulum pendidikan guru
8)Mendemonstrasikan suatu pembaharuan
9)Memulai pembaharuan dengan satuan pelajaran.

Setiap kurikulum mempunyai keempat komponen yang beriktu :
1)Tujuan
2)Pengetahuan
3)Kegiatan atau pengalaman belajar
4)Penilaian. Keempat komponen itu saling berhubungan.
Perubahan kerikulum sering merupakan suatu reaksi terhadap kurikulum yang ada.
Dalam pembaharuan kurikulum hendaknya sedapat-dapatnya dimanfaatkan kebaikan-kebaikan bentuk-bentuk kurikulum lainnya.

Daftar Pustaka
Nasution,S.2003.Asas-asas Kurikulum.Jakarta: PT. Bumi Akasara.