Selasa, 04 Januari 2011

RESUM ASAS-ASAS KURIKULUM (Pengelolahan Kelas) KHOIRUL UMAM, smt 1

A. Pengertian dan Asas-asas Kurikulum
Kurikulum yagn semula berarti jarak yang harus ditempuh, kemudian menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus dilalui untuk mendapat ijazah.
Para ahli kurikulum “modern” cenderung memberikan pengertian yang lebih luas, sehingga meliputi kegiatan di luar kelas, bahkan juga mencakup segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kelakuan siswa, termasuk kebersihan kelas, pribadi guru, sikap petugas sekolah, dan lain-lain.
Kerikulum dapat dipandang dari berbagai segi, yakni, curriculum as a product, as a program, as intended learnings, as the experiences of the learner. Dapat pula kita memandangnya sebagai formal curriculum, ideal, real, actual curriculum atau potential learning experiences.
Ada kebaikan dan kelemahan pengertian kurikulum yang terlampau luas atau terlampau sempit. Hilda Taba memandang kurikulum sebagai “a plan for learning”.
Ada kecenderungan pengetian kurikulum meluas, karena banyak tugas yang sedianya oleh rumah tangga dan lembaga informasi lainnya dibebankan kepada sekolah.
Kurikulum senantiasa harus diubah Karena perubahan masyarakant akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan kurikulum berjalan kontinu kalau tidak mau ketinggalan zaman.
Karena adanya macam-macam difinisi kurikulum, tiap guru harus menentukan tagsirannya sendiri. Pilihannya itu akan mempengaruhi konsepsinya tentan tugasnya sebagai pendidikan. Ia dapat menganut pendirian yang tradisional atau progresif.
B. Asas-asas Filsafat
Filsafat ialah ilmu yang mencari kebenaran sampai akar-akarnya, jadi suatu kegitan intelektual. Dalam mengembangkan kurikulum biasanya dipandang sebagai system nilai-nilai.
Tujuan pendidikan ditentukan oleh filsafat suatu bangsa.
Walaupun setiap orang mengenal nilai-nilai, agar dapat dikatakan ia mempunyai fisafat nilai-nilainya itu harus merupakan suatu system, jadi konsisten dan saling berhubungan.
Dalam kurikulum sering tercantum tujuan-tujuan yang muluk-muluk tetapi belum tentu dapat direalisasikan. Jadi keadaan sekolah tidak member gambaran tentang keadaan yang sebenarnya.
Filsafat bangsa dan Negara dengan sendirinya menjadi tujuan pendidikan nasional serta harus pulan menjadi filsafat para pengembang kurikulum dan juga guru dalam pelaksanaanya.
Filsafat pendidikan harus menjadi “way of life” yang diterapkan dalam lingkuangan sekolah.
Tujuan pendidikan nasional sangat umum dnan masih perlu diuraikan menjadi tujuan institusional, kurikuler, tujuaninstruksional umum dan khusus.
Tujuan pendidikan kita didasarkan atas pancasila, UUD 1945, dan GBHN. Setiap guru harus mempunyai gambaran yang jelas tentang dasar-dasar pendidikan nasional itu, agar semua pelajaran diarahkan guna membentuk manusia yang dicita-citakan.
Untuk membentuk manusia seutuhnya harus diperhatikan aspek kognifig, afektif, dan psikomotor dalam segala tingkatannya.
Benjamin bloom membatnu dalam merumuskan tujuan yang lebih spesifik dalam ketiga ranah.
Hilda Taba mempersyaratkan agar dalam rumusan tujuan tercakup proses dan produk.
Herbert Spencer menganjurkan tujuan-tujuan yang relavan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Buah pikirannya itu masih berpenaruh sampai sekarang.
C. Asas Psikologi Kurikulum Dan Psikologis Belajar
Belajar pada umunya diartikan sebagia perubahan dalam kelakuan seseorang sebagi akibat pengaruh usaha pendidikan.
Ada berbagai-bagai teori belajar yang masing-masing mempunyai kebaikan dan kekurangan. Adanya kekurangan suatu teori belajar tidak berate kita harus mengabaikan seluruhnya.
Beberapa teori belajar yang terkenal ialah teori belajr menurut ilmu jiwa daya, teori asosiasi (termasuk conditioning), dan teori organismic (Gestalt atau Field theory).
Tiap teori belajar mempunyai anggapan tertentu mengenai transfer belajar.
Teori Asosiasi dikembangkan oleh Skinner dalam “belajar berprogrma” dan “teaching manchiners”.
Teori Gestalt mengutamakan prinsip keseluruhan mengutamakan prinsip keseluruhan, “insight” masalah, tujuan, pengalaman, minat.
Walaupun teori belajar berbeda-beda, namun ada prinsip-prinsip yang pada umumnya dapat diteima.
Teori belajar yang dianut berpengaruh terhadap kurikulum yang dibina. Teori ilmu jiwa daya mengutamakan latihan mental yang diperoleh melalui bahan pelajaran, teori asosiasi mengutamakan penuasaan bahan peljaran sendiri sedangkan teori Gestal mementingkan perkembangan pribadi anak dalam usaha memecah masalah-masalah yang dihadapinya dalam hidupnya.
Teori belajar juga mempengaruhi proses kegiatan mengajar-mengajar. Namun mengajar belum didukung oleh psikologi belajar yang diperkuat oleh eksperimentasi. Karena belajar dalam kelas banyak variable yang tidak dapat dikuasai, maka percobaan kebanyakan dapat dilakukan tentan belajar menurut asosiasi.
D. Asas Psikologis Anak
Pandangan tentang anak berubah secara radikal oleh Jean Jacques Rousseau. Sejak itu anak menjadi factor yang harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Banyak tokok pendidikan yang dipengaruhi olehnya.
Pendidikan harmonis mencakup perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor, atau perkembangan intelektuan, emosional, social dan fisik.
Anak merupakan keseluruhan dan bereaksi sebagai keselurhan terhadap lingkungannya.
Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari pada yang lain. Kurikulum hendaknya memperhitungkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin dapat berkembanga sesuai dengan bakatnya.
Walaupun tiap anak berdeda dengan anak lain, banyak pula persamaan antar mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.
Kurikulum yang semata-mata didasarkan atas kebutuhan dan minat anak yakni Child-centered curriculum dikatakan ekstrem karena anak selau berada dalam masyarakatnya dan tak dapat melepaskan diri dari tuntutan masyarakat.
Kebutuhan anak daprat ditinjau dari segi anak dan dari segi masyarakat. Kedua segi ini harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.
Abraham Maslow, Lous Raths, Earl Kelly mempunyai pandangan tertentu tentang kebutuhan anak.
Robert Havighusrt mempertemukan perkembangan individu dengan tentutan atau harapan masyarakat dalam konsep “developmentaltasks”.
Jean Piaget mengadkan studi yang mendalam tentang perkembangan intelektuan anak. Ia membedakan fase sensomotoris, fase pra-operasional, fase operasional kongkret, dan fase operasional formal.
Lawrence Kohlberg menggunakan pola Piaget untuk mempelajari perkembangan moroal pada anak.
Ada berbagai cara bagi guru untuk mempelajari anak.
E.Proses Perubahan Dan Perbaikan Kurikulum

F.Kurikulum Dan Masyarakat
Dalam masyarakat yang sederhana anak-anak banyak mempelajari hal-hal yang diperlukannya sebagai orang dewasa dalam masyarakat itu sendiri secara informal.
Dalam masa modern tugas pendidikanuntuk mempersiapkan anak agar dapat berdiri sendiri. Dibebankan kepada sekolah.
Masyarakat modern cepat berubah, sehingga banyak hal segera menjadi using. Pembaharuan keurikulum harus dilakukan secara kontinu.
Kurikulum bergantung pada fungsi sekolah dalam masyarakat, yakni apakah untuk mengawetkan kebudayaan dengan menyampaikannya kepada generasi muda, menubah masyarakat, ataukah mengembangkan individu. Ketiga fungsi itu sebenarnya tak perlu dipertentangkan, akan tetapi dapata dipertemukan. Namun selalu aka nada perbedaan tekanan.
Sekolah masyarakat sangat mengutamakan factor masyarakat dalam kurikulumnya.
Sekolah tak boleh berdiri terpisah dari masyarakat. Berbagai cara dapat dilakukan untuk membawa sekolah ke masyarakat dan sebaliknya.
Masyarakat merupakan sumber yang kaya bagi pengajaran di sekolah.
G.Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum menetukan bahan pelajaran, urutannya, dan cara menyajikan.
Bentuk kurikulum yang lebih “tua” dari yang lain ialah subject curriculum yang berpusat pada matapelajaran yang tersendiri-sendiri.
Sebagai reaksi terhadap apa yang dianggap kekurangan-kekurangan kurikulum ini timbul organisasi kurikulum yang lain seperti correlated curriculum dan integrated curriculum. Integraed curriculum dapat dibentukactivity curriculum, project curriculum atau experience curriculum, life curriculum, atau core curriculum.
Subject curriculum telah ada sejak zaman Yunani yang dilanjutkan oleh orang Romawi dalam bentuk trivium (gramatika, retorikam danlogika) dan quadrivium (arithmatika, geometrim, astronomi, dan music), keduanya dikenal sebagai “the Seven Liberal Arts”.
Pada abad pertengahan timbul mata pelajaran yang vokasional (teologi, kedokteran, hokum) dan kini telah terdapat ratusan macam mata pelajaran, termasuk yang dianggap non-akadimis.
Subject sebenarnya pengalaman umat manusia yang disusun secara logis sistematis.
Setiap bentuk kurikulum mempunyai kebaikan dan kekurangan. Kekurangan-kekurangan suatu kurikulum sering ditonjolkan oelh para penentangan ditinjau dari segi pendirian masing-masing.
Walaupun subject curriculum banyak dikecam, dan boleh dikatakan hamper tak ada yang memperjuangkannya, namun bentuk kurikulum masih sangat popular di mana-mana di dunia,terutama di Perguruan Tinggi.
Bentuk kerikulum yang lebih baru, yang juga banyak keuntungannya dan mempunyai ciri-ciri yang dapat mengatasi kelemahan subject curriculum, namun tidak dapat popularitas yang luas, antar lain, karena tidak dapat memberikan pengetahuan yang sistemati yang masih merupakan syarat bagi universitas dank arena guru tidak dipersiapkan untuk itu.
Metode yang diutamakan dalam integrated curriculum ialah metede “problem solving” atau metode ilmiah dengan menghadapkan siswa kepada masalah-masalah yang bermakna baginya.
Menjalankan interfrated curriculum tidak berarti menyampingkan subject sama sekali, melainkan memanfaatkannya secara fungsional dalam pemecahan masalah.
Subject curriculum dapat mengatasi kelemahannya dengan memanfaatkan kebaikan-kebaikan bentk kurikulum lainnya.
Core curriculum selalu mengenai pendidikan umum, walaupun tidak setiap bentuk pendidikan umum dapat diterima sebagai core curriculum. Core curriculum lebih mirip kepada kurikulum yang mengusahakan integrasi serta menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan murid atau masyarakat.
H.Menentukan Scope Dan Sequence Dalam Pembinaan Kurikulum
Dengan scope dimaksud luas atau ruang lingkup bahan pelajaran.
Kesuliatan dalam menentukan scope ialah
1)Sangat cepat bertambahnya pengetahuan
2)Tidak adanya criteria yang pasti tentang bahan pelajaran yang harus diberikan
3)Tidak memadainya matapelajaran tradisional
Sering matapelajaran baru, sedangkan mata pelajaran yang ada bercokol terus.
Dalam menentukan bahan pelajaran harus diadakan pilihan, atau seleksi, karena lauasnya bahan yang tersedia dan terbatasnya waktu belajar serta kemampuan anak.
Criteria dalam penentuan bahan ialah :
1)Tujuan
2)Nilai sebagai warisan
3)Penguasaan disiplin
4)Nilainya bagi kehidupan dalam masyarakat
5)Kebutuhan dan minat anak
Bahan pelajaran hendaknya jangan hanya meliputi pengetahuan melainkan juga keterampilan mental.
Aliran yang diadnut oleh Pembina kurikulum merupakan suatu factor dalam penentuan bahan pelajaran. Beberapa prosedur penentuan bahan pelajaran ialah
1)Menerima otoritas para ahli
2)Eksperimen
3)Analisis kegiatan
4)Consensus
5)Fungsi social
6)Persistent life situations
7)Kebutuhan pemuda
Menentukan scope kurikulum yang sucject centered lebih mudah daripada yang integrated. Yang terakhir ini lebih fleksibel.
Dengan “sequence” dalam pembinaan kurikulum dimaksud urutuan pengalaman belajar, yakni apaliba bahan itu harus diajarkan.
Penempatan bahan pelajaran berupa matapelajaran sudah jauh berbeda dengan sebelum perang Dunia II. Matematika yang dulu diajarkan di SMP, kini sudah mulia diberikandi kelas I SD.
Menurut J. Piaget berpendapat berdasarkan penelitiannya bahwa anak berusia tujuah tahun telah dapat berpikir logis dan formal.
Dalam menentukan sequence dapat diikuti dua pendekatan yaitu : -menyesuaikan bahan dengan anak, atau -menyesuaikan anak dengan bahan.
Factor-faktor dalam penentuan “sequence” ialah :
1)Taraf kesulitan bahan pelajaran
2)Apersepsi atau pengalaman yang telah ada
3)Kematangan anak
4)Usia mental
5)Minat anak
Sequence tidak hanya mengenai bahan pelajaran tetapi juga dalam proses belajar, yaitu langkah-langkah untuk mengembangkan konsep-konsep, sikap, kesanggupan berpikir.
I. Mengubah Kurikulum
Kurikulum berubah jika satu atau beberapa asas kurikulum beruba. Perubahan salah satu asas dapat membawa perubahan dalam keseluruhannya.
Menilai kurikulum dalam keseluruhannya sangat kompleks karena banyak factor yang mempengaruhi anak.
Untuk menilai kurikulum harus dinilai kompenen-kompenennya yaitu :
1)Tujuan
2)Bahan pelajaran
3)Pengalaman dankegiatan belajar
4)Organisasi kurikulum
5)Cara-cara evaluasi hasil belajar.
Tidak ada satu cara yang pasti untuk menjamin keserasian bahan pelajaran guna memcapai tujuan tertentu.
Tujuan matapelajaran yagn terlampau luas sukar dinilai.
Mengubah kurikulum banyak menemui rintangan karena melibatkan banyak manusia yang berkaitan oleh trasisi dan juga mempunyai “vested interest”. Dikatakan bahwa perubahan kurikulum berarti perubahan social.
Pada umumnya ada dua prosedur utama dalam perubahan kurikulum, yaitu apa yang disebut “administrative approach” dan “grassroots approach”
Tiap pendekatan mempunyai kebaikan dan kekurangannya. Admisnitrative approach didukung oleh seluruh aparatur pendidikan, biaya yang cukup, mengerahkan setiap tenaga ahli yang diperlukan, dan sebagainya. Dalam “grass roots approach” tidak ada koordinasi, karena bersifat tersendiri-tersendiri.
Beberapa cara yang khusus dalam perubahan kurikulum secara praktis ialah :
1)Pilot project
2)Membina kader
3)Memanfaatkan guru yang telah menguasai cara baru
4)Menyediakan alat pengajaran
5)Memperbarui buku pelajaran
6)Kerjasama antara sekolah dan universitas
7)Pembaharuan kurikulum pendidikan guru
8)Mendemonstrasikan suatu pembaharuan
9)Memulai pembaharuan dengan satuan pelajaran.

Setiap kurikulum mempunyai keempat komponen yang beriktu :
1)Tujuan
2)Pengetahuan
3)Kegiatan atau pengalaman belajar
4)Penilaian. Keempat komponen itu saling berhubungan.
Perubahan kerikulum sering merupakan suatu reaksi terhadap kurikulum yang ada.
Dalam pembaharuan kurikulum hendaknya sedapat-dapatnya dimanfaatkan kebaikan-kebaikan bentuk-bentuk kurikulum lainnya.

Daftar Pustaka
Nasution,S.2003.Asas-asas Kurikulum.Jakarta: PT. Bumi Akasara.